Mengapa ada orang yang memiliki beban berat tetapi tetap tenang dan tidak panik, sedangkan ada juga orang yang persoalannya sepele tapi galau dan panik? Hal tersebut bergantung pada rahmat Allah. Bila Allah telah memberikan rahmat-Nya, maka sekujur indera kita akan menjadi lapang dan lega. Kasih sayang Allah membuat hati kita tenang dan tidak mudah depresi saat menghadapi permasalahan hidup.
Hanya rahmat Allah saja yang dapat menyelamatkan kita di dunia dan di akhirat kelak. Lantas bagaimana cara kita mendapatkan rahmat-Nya? Salah satu jalannya adalah dengan kita senantiasa beramal dan berbuat kebaikan. Hanya saja, kita sebagai manusia memiliki hawa nafsu yang selalu memalingkan pendirian dari kebaikan. Tetapi kita tidak perlu khawatir, jika Allah yang memberikan hawa nafsu pada kita, maka Allah juga punya kuasa untuk meredam nafsu kita. Syahwat yang kita miliki akan makin membara ketika kita memberikan fokus atau perhatian kita pada syahwat tersebut. Oleh karenanya, begitu menyadari diri kita sedang dikuasai nafsu syahwat, segeralah palingkan fokus kita pada rahmat Allah. Dengan demikian maka akan mudah bagi kita untuk meredam segala syahwat, insya Allah.
Allah berfirman dalam Al-A’raf ayat 56, “Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat kebaikan (muhsiniin)”. Orang-orang yang termasuk dalam kategori ihsan adalah mereka yang setiap saat sibuk dengan amal baik dan melakukannya semata-mata untuk mengharap rahmat Allah. Mereka tidak peduli akan ada atau tidaknya orang sekitar yang melihat kebaikannya. Cukup bagi mereka bahwa Allah sajalah yang melihat segala apa yang mereka lakukan. Kalau kita belum sampai pada tingkat ihsan, maka berusahalah untuk menghindari riya’, mengerjakan amal demi mengharap pengakuan atau penghargaan dari orang lain. Mari kita renungkan sejenak satu pertanyaan berikut: Mengapa kita dihargai orang lain? Apakah karena penampilan fisik kita? Apakah karena status sosial atau jabatan yang kita miliki? Apakah karena kita melakukan hal-hal yang dipandang baik oleh orang lain? Pada hakikatnya, jawabannya bukan karena sesuatu yang kita miliki maupun apa yang kita lakukan, melainkan karena Allah merahmati kita dengan menutup segala aib, dosa, dan kekurangan kita.
Mari kita raih rahmat Allah khususnya di bulan Ramadhan ini dengan berusaha menjadi orang yang ihsan. Marilah kita ber-fastabiqul khairaat, berlomba-lomba dalam kebaikan, untuk meningkatkan kualitas diri kita. Berhentilah mengharapkan apapun pada makhluk, sebab mereka sesungguhnya tidak memiliki kuasa apapun pada diri kita. Hanya Allah-lah yang memiliki kuasa dan kehendak atas makhlukNya, dan jika Ia berkehendak maka dengan kuasaNya apapun dapat terjadi. Oleh karena itu, kita tidak punya alasan untuk tidak berharap pada Allah. Niatkan segala kebaikan yang kita lakukan hanya untuk mengharap ridho-Nya.
Allah Maha Tahu isi hati makhlukNya. Oleh karena itu, modal yang kita dibutuhkan ketika kita mendekatkan diri kepada Allah cukup berupa kemurnian hati, bukan akting. Kita memperumit amal dengan sibuk mencari penilaian dan kedudukan di hadapan makhluk. Tinggalkan akting dalam beramal dan mari kita isi ramadhan ini untuk ber-fastabiqul khairaat meraih rahmat Allah. Misalnya dengan mencari rezeki lebih giat agar makin banyak amal di bulan ramadhan yang bisa kita keluarkan. Bila ingin memberi dan beramal jangan terlalu banyak berfikir sehingga membuat amal seringkali tidak terlaksana Putuskan harapan dari makhluk karena Allah-lah pemberi harapan.
Setiap amal baik kita akan dibalas oleh Allah dengan kebaikan, sebab tidak ada balasan yang lain bagi kebaikan kecuali kebaikan. Do the best for Ramadhan! Mari kita berlomba-lomba dalam mengerjakan amal kebajikan.
Pesona Syiar Ramadhan (Pesyiar UI 1435H)”Berlayar Menuju Pulau Taqwa”
