Bagaimana Membangun Konstruksi yang Kokoh Menurut Alquran

By On Monday, November 24 th, 2014 · no Comments · In ,

Oleh Ust.Drs.M.Syamsu Rosid,MT

@ Masjid UI Depok

Ahad,23 November 2014

Kontruksi merupakan paradigma yang harus dimiliki oleh setiap kita yang akan maupun sudah membangun sebuah keluarga. Paradigma ini penting karena jika keliru maka akan melahirkan sesuatu yang salah dan keliru pula.

Banyak kita yang berharap jadi presiden. Tidak sedikit pula yang berminat jadi menteri. Tidak sedikit juga yang mengejar jadi gubernur, walikota, kepala RT RW. Tidak sedikit pula yang ingin menjadi seorang suami/istri/abi/umi.
Tapi pertanyaannya adalah sudah sejauh manakah dia mempersiapkan dirinya untuk itu?

Ketika ingin menjadi presiden, sudah sesiap apakah ketika amanah itu datang?
Ketika ingin menjadi ayah, sejauh mana iya telah mempersiapkan dirinya menjadi ayah. Ketika seseorang menikah dia harus sadar, bahwa yang dia lakukan bukan bertemu suami istri, tetapi sedang membentuk KHILAFAH di muka bumi ini.

Umar bin Abd Aziz berminat menikahi putri Umayyah(putri khalifah), maka dia mempersiapkan dirinya agar layak dipilih. Lalu bercita menjadi gubernur, lalu disiapkan dirinya ketika datang. Begitu juga saat akhirnya dia menjadi khalifah, dia telah memprrsiapkan drinya agar layak.

Ketika kita berbicara persiapan tentu kita harus melihat kita ini siapa?

Di Al Baqarah:30 Allah menggambarkan bahwa kita adalah khalifah.

Lalu bagaimana kita mrlaksanakan misi kkhalifahan?
“Jadikan segala apa yang kalian lakukan sebagai IBADAH pada Allah”.

Ketika misinya ibadah, maka tidak ada keberatan yang kita hadapi

“Wahai seluruh manusia,beribadahlah kalian pada Allah”

Jadi perintah beribadah Allah jadikan kepada seluruh umat manusia.

Ibadah dalam pengertiannya dalam makna baik mahdoh ataupun ghairu mahdoh. Dengan kata lain,tidur pun harus jadi ibadah,pekerjaan kantor,apalagi kehidupan rumah tangga.

Maka beban, kepenatan, kekecawaan, kemarahan, pertengkaran dan perceraian yang dihadapi jika tidak dibingkai bahwa ini untuk IBADAH.

Walau bagaimana semangat kita agar tidak turun dalam beribadah terutama ghairu mahdoh (ibadah-ibadah umum seperti kehidupan berkeluarga)? Maka DAKWAHlah. “Dan hendaklah ada di antara kalian, yang menyuruh pada ma’ruf dan melarang pada yang mungkar”

Ibadah kepada Allah tidak mungkin mencegah orang dari perbuatan ma’ruf dan menyeru pada yang mungkar.

Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
(QS: At-Taubah Ayat: 105)

Maka konteks hidup kita adalah KERJA KERJA KERJA…Maka salah jika seseorang pulang dari kantor, lalu menganggap rumah sebagai tempat istirahat. Ia tidak mengganggap rumah sebagai tempat bekerja. Lalu generasi seperti apa yang terbentuk jika tidak ada pembentukan yang dilakukan dirumah?

Maka persepsi yang benar adalah ketika pulang dari kantor ke rumah, saya sebenarnya pindah kerja. Kerjanya adalah membimbing istri, anak, dan keluarga.

Maka ketika seseorang bercita membangun rumah tangga, dia harus memikirkan “MAU KEMANAKAH RUMAH TANGGA INI DIBAWA?”

Maka ketika dua insan berkumpul, harus dipikirkan cita-cita apa yang dibangun bersama. Ketika paradigmanya sudah benar, di rumah pun ia tetap bekerja. BEKERJA MEMBANGUN BATU BATA PERADABAN ISLAMI. Dan keluarga adalah salah satu batu bata dalam peradaban itu.

Tentu kita ingin anak istri berkumpul dengan kita di surga Allah. Dan SURGA ALLAH BUKAN SESUATU YANG MURAH LAGI MUDAH.
Maka persiapan menjadi presiden, menteri, gubernur, suami, istri, ayah, ibu, maka persiapkan lah sebelum menikah.

Tidak sedikit dari mereka yang menggebu ingin menikah, tetapi umur pernikahannya tidak berapa lama dan berujung pada perceraian.
Tidak banyak yang bercita memiliki anak, kemudian ketika anak hadir, ia tidak siap menyiapkan anaknya menjadi generasi peradaban.

Ibarat garpu dan sendok yang setiap kali kita pakai saat memakan nasi, wajar saja sekali-kali ‘paketrok'(berbenturan saat dipakai) untuk memakan nasi. Tapi bukan berarti karena garpu dan sendok itu berbenturan, kita jadi berhenti makan. Tentu berbeda kalau kita makan nasi hanya menggunakan sendok saja atau garpu saja.

Maka wajarlah jika dalam membangun kontruksi di keluarga, ada bentrok diantara pasangan dan keluarga.

Maka jika starting point dari awal benar, Insya Allah kita akan menyelesaikan masalah yang menghadang dengan benar
Contoh: jika seseorang sudah ngebet nikah. Apakah yang harus dilakukan?

Pertama, kita harus yakin bahwa jodoh sudah ditentukan Allah maka serahkan semuanya (sepenuhnya) pada Allah dan Rasul. Minta dan mengadulah. Dan kita tidak boleh sedikitpun ragu dalam hati kita. InsyaAllah dari berserah diri kita pada Allah, maka Allah akan carikan jalan keluar.

Bisa saja tiba-tiba ketemu seseorang yang suka sama kita dan kita suka juga sama mereka. Atau tiba-tiba ada jodoh yang didatangkan dari orangtuanya, ustadnya, temannya. Dan itu sangat mudah bagi Allah, kalau kita yakin pada Allah.

Urusan kita suka/cinta pada Allah kan urusan hati. Maka hanya Allahlah yang bisa membolakbalikkan hati.

Berapa banyak pasangan yang bermula dari rasa cinta, akhirnya berujung perceraian. Berapa banyak juga yang diawali tanpa cinta (mungkin karena dijodohkan) tapi setelah berumah tangga cinta itu tumbuh bertahap hingga kekal hingga akhir hayyat.

Maka permasalahannya adalah membenarkan paradigma.

Selama janur kuning belum melengkung, yang dilamar tetap harus diserahkan kepada Allah.” Ya Allah, benarkah ia jodohku yang terbaik menurutmu?”.
Terus serahkan kepada Allah.dan kembalikan padaNya.

Karena hanya Allah yang bisa menjaga kita.

Bahkan sampai beranak pun, tetap serahkan semua kepada Allah.

Karena zaman sekarang, anakpun di dalam kamar tidak bisa kita jaga. Informasi tidak baik, pornografi, komik, games yang jelek gampang sekali diakses oleh anak-anak yang kecil.

Maka ketika jadi orangtua, itu bukan perkara mudah untuk mengawasi 24 jam. Yang bisa menjaga anak istri kita, hanya Allah SWT

Maka doa dalam safar isinya kita berdoa pada Allah agar Allah menjaga istri, anak, harta kita.

Subtansinya bukan saat safar jauh saja. Juga termasuk pergi ke kantor, ia adalah safar, maka titipkanlah mereka pada Allah

Menyerahkan pada ilmu yang kita punya, pengetahuan, keahlian kita sendiri saja dalam membangun keluarga, tentu merupakan sesuatu yang sangat tidak cukup.

Meski anak satu, atau dua, atau empat belas seperti saya sama saja repotnya.

Maka kembali lagi serahkan semuanya benar-benar pada Allah

Q&A:
1.Q:Laki muslim menikahi non mulsim?
A: Di dalam islam memang dibolehkan. Tapi Allah mengatakan budak muslim lebih baik dibandingkan cantik tapi non-muslim.

Karena dalam hadist Rasulullah bersabda bahwa dalam memilih pasangan, lihat kecantikan, nasab, kekayaan, agama. Cantik, nasab dan kaya itu nilainya nol dan agama bernilai satu. Hadist ini sengaja mengakhirkan agama, karena jika kita tidak dapat poin cantik, bobot bebet, dan kaya, tapi sholeh, maka kita tetap dapat poin satu.
Tapi jika dapat cantik, nasab, dan kaya, tapi agamanya tidak baik, nilainya tetaplah NOL.
Menikah dengan agama samawi, yang masih murni dibolehkan. tapi kalau sudah sperti sekarang, dimana samawinya tidak murni, bagaimana nasib kekokohan dalam membentuk perabadan islami?.

Q:Mencari pasangan?
A: jangan pernah memastikan bahwa pacar kita yang kita cintai adalah jodoh kita. Jadi jika ada yang terlanjur pacaran, taubatlah, langsung datangi orang tuanya, dan ungkapkan keinginan untuk menikah. Tapi jika tidak siap, maka ‘selesaikanlah’ agar kita terhindar dari zina (zina hati,pendengaran,penglihatan) yang membuat kita jauh pada Allah.

Q:Langkah-langkah menyiapkan diri agar Allah berikan kita anak?
A: Tidak cukup hanya datang ke dokter atau obat alternatif saja. Tapi siapkan juga mental. Cek apakah kita gampang dekat dengan anak kecil? Ataukah kita gampang terganggu dengan keributan? Atau kita belum santun? Karena Allah Maha Adil.

“Banyak anak banyak rejeki” itu bukan bahasa klasik, tapi itu ayat Allah. Setidaknya saya membuktikan, seorang PNS dengean belasan anak. Rejeki tidak harus dijemput oleh dua orang saja. Karena sekolah anak lancar, mudah, dapat beasiswa itu juga rejeki. Karena anak-anak sehat tidak pernah sakit parah, itu juga rejeki. Karena rejeki sudah diatur Allah.

===================
Ikuti Kajian Ahad Pagi minggu depan selanjutnya

Twitter: @masjidUI

About Masjid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

We usually reply with 24 hours except for weekends. All emails are kept confidential and we do not span in any ways.

Thank you for contacting us :)

Enter a Name

Enter a valid Email

Message cannot be empty

X